Monday 21 May 2012

Bismillahirrahmaanirrahiim.

menghayati erti "JIHAD".
Bukan dinamakan jihad andai waktu yang diberikan = waktu lapang
Bukan dinamakan jihad andai usaha yang diberi = usaha lengah-lengah
Bukan dinamakan jihad andai fikiran yang diberi = 'surface thinking'
Bukan dinamakan jihad andai hati yang mengalami = hubb al-fanaa
Jihad itu, memberi dalam apa jua keadaan kita,memberi dengan sepenuh perhatian, pemikiran, dan sepenuh jiwa.

menghayati erti 'INFAQ"
bukan infaq andai kita melihat berapa nilai, berapa pandang balas dari sekeliling.
bukan infaq andai memberi sekadar yang lebih-lebihan.
bukan infaq andai memberi apa yang kita tidak perlu.
tetapi,infaq, ianya hidup dalam diri tidak kira saat susah, senang, punya lebih atau tidak, tinggi nilai atau tidak.
Infaq tetap infaq.
ianya lebih berharga andai yang diberi adalah kemahuan kita. 

Thursday 17 May 2012

SYAHADAH

Bismillahirrahmaanirrahiim.

persoalan: Bagaimana para sahabat dahulu mampu terus tsabat di atas jalan dakwah , walaupun setelah kewafatan Rasulullah s.a.w?

Difikir-fikirkan kembali,adalah kita mampu tsabat, kukuh langkah, memacu amal di atas jalan dakwah ini, kiranya orang -orang yang menjadi inspirasi kita dalam beramal, ditarik nyawanya, menghadap Illahi.Kemudian, kita pula makin dihujam setelah makin lama kita bergerak. langkah pula semakin layu, makin memundur. Sedang sahabat dulu aktif memacu amal, membenih iman, membuahkan rijal-rijal dakwah, walaupun setelah kewafatan Rasulullah.





Hanya berbekal kefahaman yang sohih tentang apa yang dilafazkan sebagai syahadah, mereka membentuk seluruh hati, pemikiran, amal dan nyawa, demi memastikan yang tertegak hanya kalimah Allah.Memahami aqidah ini dalam bentuk yang cukup mudah.Maka, untuk mereka menebarkan syariat itu,mereka tidak menunggu lama,tidak menangguh amal dengan berharap akan melakar amal tersebut setelah ilmu penuh di dada.Sebaliknya, dengan pemahaman yang mudah, mereka melakar sirah, menakluk dunia dengan matlamat mereka, ALLAH.

Di zaman, Rasulullah, mereka amat memahami bahawa urusan aqidah ini adalah amat dibenci pemimpin, kerana yang hanya berkuasa, hanya Allah.Apabila tiada Tuhan Melainkan Allah, maka, yang lain yang mendabik dada tinggi megah, sekelip mata jatuh tersungkur hina dina.

Begitu, nilai syahadah para sahabat.

bagaimana nilai syahadah kita?

Tuesday 8 May 2012

E.X.I.T



Sedang enak saya tidur, baru sahaja ingin bermimpi, tiba-tiba….nggggggg…
Huh,tetamu tidak diundang!".Tangan terus mencapai bantal untuk menutup muka."
Ngggggg………terus sahaja dia menari-nari di sekitar tempat tidur.Kadang-kadang hinggap di badan.Sekejap ditangan, sekejap di muka.
"Ahhh….pergilah cari jalan keluar!sesat masuk bilik aku buat apa?"saya menengking.
Marahnya saya  pada seekor lalat sesat yang masuk ke bilik dan dia telah mengganggu saya beradu.
Masih lagi dia menari-nari di ruangan bilik.

Saya  bangun dan terfikir sejenak. Terbangnya si lalat tersebut ke sana kemari berlegar-legar diruangan yang   sama. Sekejap disana, sekejap disini.Ah, sungguh menyesakkan pemandangan.Pasti dia ini  sesat. Tidak tahu mana arah tuju.Saya kira, jika dia pandai mengeja EXIT, dan mengenali arahnya, pasti dia keluar.Kerana sesungguhnya dia mengetahui, dia berada di tempat yang salah.
Silap langkah, ditampar orang mati.Musibah pula!

Ya! Dia pasti keluar jika tahu arah  JALAN KELUAR.






Sunnatullah,  sesiapa yang melafazkan keimanan kepada Allah, pasti diuji.
Ketika ditimpa musibah,ketika itu tersingkaplah syiar ta'abbudiyyah yang ada dalam diri kita, sama ada ia hidup, atau tidak.

Salah satu syiarnya adalah=ISTIGHFAR


 ( مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا ، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا ، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ )
 رواه أبو داود
 “Sesiapa yang melazimkan istighfar, Allah menjadikan baginya dari setiap kesempitan kejayaan, dari setiap kesusahan jalan keluar dan memberikannya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya.” …




Hadith di atas adalah salah satu seruan untuk kita melazimi istighfar.
Umum, kita mengetahui bahawa, junjungan besar Nabi Muhammad s.a.w, beristighfar setiap hari tidak kurang tujuh puluh.Hakikatnya, baginda ma'sum.Dan juga dijanjikan syurga.
Jadi, mengapa bersusah payah melafazkan istighfar? . Bukan sekali dua, malah lebih tujuh puluh kali baginda meminta keampunan dari Allah 'azza wajalla dalam masa sehari.







MEMOHON KEAMPUNAN.

Istighfar itu, menyucikan diri.Membersihkan kehidupan manusia dari maksiat yang pernah dilakukannya , melindungi diri dari pintu murka Allah..
Istighfar itu, pintu kejayaan bagi setiap kesempitan. Melapangkan beban yang menghimpit dada.
Istighfar adalah JALAN KELUAR  bagi setiap kesusahan.
Istighfar itu, membuka pintu rezeki yang tidak pernah terlintas dihati kita
Istighfar itu, menjadi sebab  berkatnya umur dan ajal kita.

Dalam, melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah di atas muka bumi ini, pastinya tidak akan lari dari rasa sempit,sesak, mahu mengalah, buntu dan sebagainya.Kerana memang sifat amanah itu berat dan tidak mudah.Membuatkan diri sentiasa terfikir  ingin lari, tetapi tidak tahu ke mana. Tidak jumpa jalannya.

Di saat itu, kita ingatlah kembali bahawa, kita ini manusia.Sebaik-baik ciptaan.Kita bukan seekor lalat, apabila sesat, terus berlegar-legar di ruangan yang sama akibat tidak mengenali arah keluarnya..

Maka kita sebagai sebaik-baik ciptaan, pasti mengenali sang Pencipta.Mengenali arah kita.
Dia  yang menciptakan diri kita.
Dia ciptakan masalah- masalah kita.
Dia juga yang membebankan benak kita dengan amanahNya.

Tetapi, Dia juga yang menciptakan jalan-jalan keluarnya.
Dia  yang mengangkat beban dari kita.
Dia  yang melapangkan dada- dada kita , melalui pengampunanNya.

Carilah pintu-pintu keluar di sebalik rantaian istighfar siang dan malam.
Carilah pintu rezeki dan kejayaan di sebalik  keampunan Tuhan.





Sunday 6 May 2012

Beginilah Tarbiyah Mengajarkan Kami…


dakwatuna.com - Tarbiyah.. adalah semacam pelepas dahaga bagi kami, ia memancarkan air ia memancarkan cahaya untuk menembus langsung pada jiwa-jiwa kami. Tarbiyah adalah pendidikan namun bukan hanya terhenti pada titik itu, ia melepaskan jiwa yang tadinya hanya terbelenggu oleh mata “dunia” saja menjadi jiwa yang mampu menaklukkan dunia dengan satu tujuan yakni Ridha Allah SWT.
Lalu seperti apa tarbiyah itu? Tarbiyah itu membuat jiwa yang kering menjadi basah, membuat jiwa yang lemah menjadi kuat. tarbiyah yang kami dapatkan bukanlah hanya sekedar transfer pengetahuan, namun juga berikut aplikasi dari ‘ilmu itu. Tarbiyah yang kami jalani adalah tarbiyah yang hidup di tengah-tengah kehidupan kami, bukan hanya saat pertemuan pekanan yang disebut liqo’ namun tarbiyah itu ada pada kami walaupun kami hanya sendirian.
Kader tarbiyah adalah manusia sama seperti Anda..ia juga lupa dan salah, namun tarbiyah telah ajarkan kami bagaimana agar hidup ini dijalani dengan berusaha sekuat tenaga untuk selalu ingat kepada Allah SWT mengikuti sunnah Rasulullah SAW, mencintai ulama dan umaro dan juga kaum mukmin lainnya serta menjaga hubungan baik dengan non muslim.
Tarbiyah mengajarkan kepada kami untuk menjalani hidup dengan kejujuran, menjalani hidup dengan optimis, menjalani hidup dengan perasaan cinta sebagai makhluk Allah SWT kepada makhluk lainnya. Maka apa ada yang salah dengan kami? Karena itulah kami berusaha untuk masuk ke semua elemen dalam bangsa ini, karena satu alasan yakni kami juga punya saham di negeri ini sebagai anak bangsa yang tak ingin negerinya terpuruk terus menerus..
Tarbiyah ajarkan kami untuk bekerja tak kenal lelah, maka Anda semua tak perlu heran terkadang dini hari kami di pelosok desa, siang hari di luar kota dan malam hari harus rapat untuk urusan umat. kami coba resapi taushiyah guru kami KH Rahmat Abdullah,
“Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai”.
“Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari”.
“Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah”.
“Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam dua tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang”.
“Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan”.
“Tidak. Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis”.
Saudaraku.. Tarbiyah mengajarkan banyak hal kepada kami untuk selalu bekerja.. Selalu berusaha menebarkan kebaikan dalam setiap saat meski terkadang lelah mendera, meski harus berhadapan dengan sebuah kondisi sulit dalam kehidupan pribadi kami namun tarbiyah sekali lagi mengajarkan kepada kami bahwa umat ini lebih kami cintai dibanding diri kami sendiri.
Maka kami akan terus bergerak.. Terus melaju untuk menyebarkan cinta, untuk menyebarkan sebuah kalimat Islam itu rahmatan lil ‘alamin itu saja.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15784/beginilah-tarbiyah-mengajarkan-kami/#ixzz1u7bMqjGP